Naskah Lomba Blog Writing Competition Axis
Karmin, si Mr. Online
Karmin, dia temanku yang paling unik. Gayanya santai, kemana-mana selalu pegang hand phone. Sebenarnya intelektualitasnya biasa saja, bahkan kadang-kadang karena keluguannya, dia kerap menjadi bulan-bulanan teman-temannya. Tapi di balik kesederhanaan Karmin, aku nyaman bersamanya. Dia sering menjadi pahlawan atas berbagai kesulitanku. Suatu hari aku dibingungkan dengan program organisasiku yang mengharuskan aku berkunjung ke Jogjakarta, dengan dana yang minim aku harus berada di Jogjakarta selama beberapa hari.
“kamu kenapa, Man?” tanya Karmin.
“Aku bingung, bagaimana mungkin aku bisa bertahan satu minggu di Jogja dengan uang satu juta, aku kan nggak punya saudara atau kenalan di sana.” Sahutku.
“Oh, Jogja ya, kamu tenang saja, kamu bisa tinggal di rumah temanku, nanti aku kasi alamatnya, bilang aja teman Karmin.” ujar Karmin.Mulanya aku tak percaya, si Karmin yang secara pergaulan dengan teman-temannya direndahkan kok bisa punya teman di Jogja? Dan akhirnya keherananku terjawab sudah, aku harus berterimakasih pada Marwan, teman Karmin di Jogja yang ternyata anak orang kaya, dan ia menjamuku layaknya saudara jauh.
Hari-hari berikutnya aku terus saja berhutang budi pada Karmin. Suatu hari aku dibingungkan dengan permintaan orang tuaku untuk mencari perumnas murah di kotaku. Lalu aku berkeluh di hadapan Karmin, sejenak ia manggut-manggut mendengarkan permasalahanku. Lalu dengan santai ia berkata, “kamu tenang saja, nanti aku kasi infonya ke kamu, mudah-mudahan bisa membantu.” Lagi-lagi aku dibuat tak percaya oleh Karmin, setahuku dia tak punya saudara atau keluarga yang bekerja sebagai developer perumahan, temannya juga rata-rata cuma mahasiswa yang sibuk kuliah. Namun kembali aku dibuat tertegun saat mendapati sms darinya, ‘Man, kamu coba hubungi Ibu Feni ya, ada perumahan murah di daerah Kubang, angsuran cuma lima ratus ribu per bulan, nanti nomornya aku kirim’.
Semenjak itu aku mulai penasaran dengan Karmin. Kenapa dia bisa lebih hebat dari teman-teman di kampusku yang secara akademik punya IPK 4. Aku coba mencari tau asal usul siapa Karmin sebenarnya, tapi tetap saja tak ada hal menarik. Karmin cuma pemuda kampung yang merantau dari propinsi sebelah, ia tak punya siapa-siapa di kota ini, orang tuanya juga hanya bekerja sebagai tukang becak.
Namun rasa penasaranku akhirnya terjawab di sebuah sore yang mendung, kulihat Karmin berwajah muram tak seperti biasanya yang selalu menebar senyum.
“Kenapa, Min?” tanyaku.
“Handphone dan kartuku rusak, Man.”
“Ohh, tapi kan kamu punya dua handphone, kenapa sedihnya seperti itu?”
“Handphone yang ini nggak bisa buat online.” Sahut Karmin terus saja sedih.
“Ya kan masih ada laptop Min, kamu bisa online lebih puas pakai laptop.”
“Laptop susah Man, nggak bisa dibawa sambil tiduran. Aku kan harus selalu online.”
“Hah, kamu ini bagaimana, itu kan nggak penting banget, kok pakai ditangisin gitu.”
“Nggak Man, bagiku internet segalanya, facebookku adalah rumahku, mereka itu kehidupanku.” Gubraaakkk, kulihat air mata Karmin mengalir. Hah, dasar lebay, baru kali ini aku lihat cowok nangis cuma gara-gara nggak bisa online pakai handphone.
“Facebook-facebook, itu kan cuma ngabisin waktu kamu, Man. Coba waktu facebookan kamu pakai buat ngerjain tugas akhir kamu, kan itu lebih buat orang tua kamu seneng.” Sahutku ngotot.
“Kamu sih nggak tau, Man. Justru dengan facebook itu aku bisa lebih semangat kuliah.”
“Maksud kamu?”
“Status facebook bagiku seperti mesin pencari google, bahkan lebih canggih dari itu. Selama ini aku selalu ngasi kamu info-info penting ya semuanya aku dapatkan dari status facebookku, aku punya teman-teman baik dan pintar-pintar hampir lima ribuan.” Karmin menjelaskan. Aku cuma bengong, status facebook lebih canggih dari mesin pencari google? Huft, aku menarik nafas, ternyata si Karmin yang kira lugu adalah seorang Mr.Online kelas kakap yang bisa jadi pintar lewat bantuan facebook. Aku tak menjawab lagi, kulihat ia masih bercucuran air mata memungut kartu Axis-nya yang patah jadi dua. Aku berlalu meninggalkan Karmin, bukan untuk meninggalkannya, tapi untuk menghiburnya sejenak. Beberapa menit aku kembali menemuinya.
“Sorry Min, kalau handphone aku belum bisa bantu belikan, soalnya handphone-ku juga kamu tau sendiri kondisinya. Ini aku belikan 5 kartu Axis baru, biar kamu makin eksis online terus, pasang aja di semua di handphone kamu nanti kalau sudah ada ganti yang baru.” Tanpa kuduga Karmin tersenyum lebar, wajahnya sangat senang sambil memandangi 5 kartu perdana Axis yang kusodorkan padanya.
“Terimakasih ya Man, aku yakin akan semakin eksis dengan kartu Axis ini, barusan teman facebookku yang di Jakarta bilang, dia mau ngasi aku hadiah ipad.” Gubrakkk, ohh Karmin, lagi-lagi kau lebih mujur dari aku, nasibmu memang selalu mujur dengan internet, wahai si Mr. Online.
1 komentar:
Situs Poker Online menyediakan beragam jenis permainan judi kartu online yang terfavorit di kalangan masyrakat tanah air Indonesia http://www.themeperch.net/forums/users/rafael988/
Posting Komentar