Suzie Sastra Inspirasi

Minggu, 30 Agustus 2009

RESENSI PEMENANG LOMBA


Gaza dan Penjajah Sabtu Kelabu

Judul Buku : Gelegar Gaza
Penulis : Muhlisin Labib, dkk
Penerbit : Zahra Publishing House
Jumlah Halaman : 196 halaman
Cetakan : 1, Maret 2009


Persoalan Gaza kerap memunculkan kesalahpahaman makna nasionalisme sejati. Sikap nasionalisme sejati mencakup aspek solidaritas dan kepedulian terhadap sesama bangsa di seluruh penjuru dunia, terlebih pada suatu bangsa seperti Palestina yang sudah dirampas kedaulatan dan eksistensinya. Aksi pembantaian dan penjajahan Israel atas Palestina merupakan isu kemanusiaan global, bukan sebatas persoalan konflik dua agama maupun ras. Anggapan salah ini sering menimbulkan sikap apatis banyak pihak terhadap permasalahan yang selalu berujung pertumpahan darah di tanah Gaza. Bahkan tak jarang yang berpikir, untuk apa kita sibuk memikirkan bangsa lain, sementara negeri kita sendiri tak putus dirundung masalah.


Dimulai sejak pertengahan 2007, jalur Gaza di Palestina merupakan wilayah yang luasnya tidak mencapai setengah dari luas Kota Jakarta. Kawasan dengan populasi 1,5 juta jiwa ini sering diistilahkan dengan “penjara paling besar di dunia” (the biggest prison in the world)”. Minimnya pasokan listrik, suplai makanan yang kurang, persediaan obat-obatan yang sedikit, bangunan rumah sakit yang hanya mirip bangunan puskesmas di Indonesia semakin memperparah kondisi wilayah yang disebut-sebut sebagai basis kekuatan pemerintah berkuasa (Hamas). Hidup di bawah blokade Israel dari segala penjuru darat, laut dan udara menjadikan warga negeri ini memilih perlawanan sebagai satu-satunya jalan untuk bertahan hidup, sebab jika berharap pada perundingan, berkali-kali pihak Israel melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat.

Buku Gelegar Gaza karangan dua penulis Muhsin Lubis dan Irman Abdurrahman secara umum terdiri dari lima bagian utama; mengulas legalitas opsi perlawanan terhadap pendudukan dan penjajahan, memaparkan organisasi Palestina yang memilih jalan perjuangan bersenjata, memaparkan proses demokrasi dan kedudukan politik Hamas di mata publik Palestina, mengupas agresi Israel atas Gaza akhir Desember 2008 lalu, membahas peta politik timur tengah antara kubu moderat (Mesir, Arab Saudi, Jordan, Fatah) dengan kubu perlawanan (Iran, Suriah, Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam).

Di dalam buku ini dikupas secara detail dan terperinci mengenai seluk beluk dua organisasi perlawanan di Palestina, Hamas dan Jihad Islam. Mulai dari tokoh-tokoh pendiri, bentuk-bentuk perlawanan dan serangan, senjata-senjata perlawanan dengan inovasi terbaru, sejarah pembuatan roket dan efek kekuatan dari dua jenis roket Palestina yakni roket Qassam dan roket Al-Quds. Secara naratif, buku ini juga merunut kronologis pemilihan umum legislatif Palestina pada bulan Januari 2006 lalu, yang secara demokratis melahirkan Hamas sebagai pemenang pemilu, namun berakhir dengan proses pemboikotan bersama oleh Amerika Serikat, Israel dan Uni Eropa.

Tak ketinggalan, buku ini juga menyajikan secara tuntas tragedi pembantaian sabtu kelabu yang digelar oleh Israel selama 22 hari yang dimulai pada 27 Desember 2008 lalu. Dari tragedi ini dilaporkan Israel menderita banyak kerugian dan kekalahan diantaranya; pertama, kegagalan menghentikan serangan roket Palestina. Sebab tujuan utama dari agresi yang digelar Israel tersebut adalah menghentikan serangan roket Palestina. Kedua, kegagalan memasuki pusat Kota Gaza. Selama 22 hari Israel menggempur Gaza dari darat, udara dan laut, namun tak satu kali pun Israel berhasil memasuki pusat Kota Gaza. Ketiga, kegagalan membebaskan Gilad Shalit. Israel gagal membebaskan serdadu-serdadu mereka yang ditawan perlawanan Palestina di Jalur Gaza yakni Gilad Shalit. Keempat, kegagalan Israel mengadudomba Hamas dengan warga Gaza. Selama 22 hari agresi, Israel melemparkan ratusan ribu selebaran dari atas helikopter yang berisi ancaman untuk meninggalkan pemukiman dan provokasi terhadap warga untuk membebankan gempuran atas para pemimpin Hamas. Kelima, hubungan diplomasi Israel dengan beberapa negara semakin memburuk, diantaranya negara Qatar, Venezuela, Bolivia, Turki, Suriah dan sebagainya. Keenam, para petinggi Israel diancam hukuman kejahatan perang.

Secara istimewa, buku yang ditulis oleh dua orang penulis, masing-masing seorang wartawan dan seorang staf ahli anggota DPR-RI yang juga aktivis Voice of Palestine ini menyajikan foto-foto ekslusif tragedi sabtu kelabu, para petinggi Israel dan Amerika Serikat, para pejuang Hamas dan beberapa aksi mengecam kekejaman Israel di beberapa penjuru dunia. Di bagian akhir buku ini, pembaca juga disuguhi secara lengkap kronologis sejarah Palestina yang dimulai sebelum Masehi hingga awal tahun 2009. Desain warna dan bentuk cover lux semakin menyempurnakan tampilan buku ini.
Buku yang secara lengkap menyajikan data-data akurat ini juga didukung oleh beberapa orang penulis di balik layar, di antaranya Saleh Lapadi, seorang pengamat timur tengah yang juga seorang jurnalis dan bekerja di IRIB. Penulis ini memasok data analisis persenjataan perlawanan Palestina. Damar Triyadi, seorang sarjana ITB dan karyawan sebuah bank BUMN membantu secara khusus mengenai analisis agresi militer Israel di Palestina. Tak mengherankan jika buku ini tersaji secara lengkap, bahkan di bagian buku ini juga termuat wawancara khusus seorang jurnalis Jerman bernama Rainer Rupp dengan Khaled Meshaal yang merupakan pemimpin Biro Politik Hamas sewaktu di Damaskus, Syria.

Di beberapa bagian buku ini, gaya penulisan disajikan secara pendekatan jurnalistik sastrawi, bentuk penulisan ini tentu saja semakin membuat pembaca larut secara emosional mengikuti narasi demi narasi buku ini. Di bagian awal buku, pembaca bahkan diajak langsung berimajinasi melalui sebuah sajak untuk Palestina yang ditulis sepanjang satu halaman. Fakta-fakta yang diungkap dalam buku ini merinci data-data lengkap dengan berbagai referensi yang cukup mendukung.

Buku yang mengupas tuntas konflik Israel-Palestina ini layak dibaca oleh seluruh ummat Islam. Fakta-fakta kebiadaban Israel dalam buku ini dapat menjadi bahan penyadaran kesolidan ummat Islam di seluruh dunia, bahwa Yahudi dan sekutunya senantiasa abadi memusuhi ummat Islam. Bagi para peneliti, pengamat maupun para aktifis peduli konflik timur tengah, buku ini juga layak menjadi salah satu referensi bacaan, mengingat kupasan dan sajiannya yang begitu lengkap, padat dan konfrehensif. Buku ini juga dinilai dapat menjadi pelengkap buku berjudul Yahudi Menggenggam Dunia (edisi pertama tahun 1991) yang ditulis oleh William G. Carr, seorang mantan anggota dinas rahasia Inggris yangg betul-betul tau seluk beluk gerakan Yahudi dan Zionisme. Buku Yahudi Menggenggam Dunia dapat dijadikan rujukan awal pembaca sebelum membaca Gelegar Gaza, buku ini memaparkan konspirasi Yahudi di berbagai peristiwa penting dunia seperti revolusi Prancis, revolusi Inggris serta Perang Dunia I dan II.
Sayangnya secara ekonomis buku Gelegar Gaza cukup mahal di pasaran, dengan tebal buku yang hanya kurang dari dua ratus halaman dengan ukuran kertas 14x20,5 cm. Di beberapa bagian halaman buku yang memuat fakta-fakta dan data-data terasa sedikit agak membosankan, namun dengan cerdas penulis mengimbangi kemonotonan ini dengan gaya penulisan feature yang cukup menarik, sehingga pembaca akan segera segar kembali mengikuti narasi-narasi berikutnya dari buku ini. Kehadiran buku ini di pasaran sekaligus juga dapat berperan sebagai alat pelurusan makna nasionalisme. Sikap nasionalisme terkadang tanpa sadar justru memelencengkan kita dari sikap solidaritas dan kepedulian terhadap bangsa lain, yang hal ini jelas-jelas bertentangan dengan isi Undang-Undang Dasar 1945. (Oleh Sugiarti)




0 komentar:

PESAN NAFIAH


codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=8,0,0,0"
width="400" height="56" id="TextSpace">






LCD Text Generator at TextSpace.net

 

Home | Blogging Tips | Blogspot HTML | Make Money | Payment | PTC Review

Nafiah AlMa'rab © Template Design by Herro | Publisher : Templatemu